Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Berikut Pendapat Tentang Kalung Antivirus Produksi Kementrian Pertanian yang Diklaim Bisa Membunuh Virus Corona

Saya beri sedikit gambaran ya. Mohon dibaca sampai selesai, meskipun agak panjang. Di masa pandemi ini, semua serba sulit. Kita tahu itu. Semua sektor terdampak, tidak terkecuali sektor riset pemerintah.

Kita tahu, anggaran semua lembaga negara tahun ini dipangkas besar-besaran untuk penanganan Covid-19 di dalam negeri. Termasuk Kementerian Pertanian (Kementan).

Gambar kalung anti virus corona
Gambar kalung anti virus corona

Fungsi riset di sebuah kementerian dijalankan oleh badan penelitian dan pengembangan (Balitbang) milik kementerian tersebut. Balitbang ini diisi oleh peneliti dan fokus risetnya macam-macam.

Tanpa adanya pandemi Covid-19 pun, alokasi anggaran untuk balitbang-balitbang ini termasuk yang paling kecil dalam sebuah kementerian karena sifatnya hanya sebagai penunjang. Apalagi ada pemotongan anggaran seperti ini.

Kondisinya, sebagian besar riset sekarang mandek. Termasuk di institusi saya, apalagi yang melibatkan kegiatan lapangan, harus terhenti tahun ini. Sementara, sebagai peneliti, tuntutan melakukan riset dan memenuhi kinerja minimal tetap ada. Tidak dikurangi sama sekali.

Alhasil, peneliti harus pintar-pintar mencari peluang pendanaan. Yang paling mungkin adalah memanfaatkan dana negara untuk riset prioritas dan dana hibah swasta/NGO.

Masalahnya, dana-dana tersebut sekarang semua diprioritaskan untuk riset seputar Covid-19. Akhirnya, semua peneliti berlomba-lomba meng-covid-covid-kan risetnya.

Yang riset sosial, ekonomi, hayati, teknik, kimia, semuanya di covid-covid-kan. Sekalipun penelitinya tidak mengerti virus sama sekali, yang penting di judul penelitiannya ada Covid-nya. Yang penting dapat dana dulu. Yang penting bisa kerja dulu.

Itu realitanya.

Di Kementan sendiri, tidak ada balitbang yang menjalankan fungsi riset medis/kedokteran. Adanya Balai Besar Penelitian Veteriner (Bblitvet) yang menjalankan fungsi riset veteriner/kedokteran hewan dengan peneliti-peneliti bertitel dokter hewan di dalamnya.

Bblitvet ini yang melakukan riset bahan dasar kalung anti corona.

Perlu diketahui juga, bahwa kami dokter hewan belajar virus corona lebih banyak dari siapapun sejak bangku kuliah. Vaksin virus corona juga sudah kami kembangkan sejak lama.

Tapi virus corona di unggas, yang menyebabkan penyakit infectious bronchitis pada ayam petelur. Bukan corona manusia.

Seperti dugaan saya, kalung anti corona ini tidak diujikan pada virus SARS CoV-2, namun hanya pada virus corona ayam dan avian influenza (flu burung). Wajar karena memang Kementan tidak terlibat langsung dalam penanganan Covid-19, jadi mereka tidak punya virusnya.

Penelitian mereka menunjukkan bahwa kalung anti corona berpotensi menghambat replikasi virus. Tapi, tentu tidak pas dong ya kalau kesimpulannya ampuh untuk SARS CoV-2. Kan penelitiannya pakai virus lain, yang spesifik di unggas pula.

Kalung ini tidak dibekali teknologi kedokteran yang "wah". Hanya mengandung ekstrak eukaliptus, alias kayu putih, seperti yang biasa kita pakai saat badan masuk angin. Begitu saja.

Mengenai klaim mampu membunuh virus corona, penjelasan Kementan adalah jika kalungnya berkontak dengan virus. Kalau itu sih, sabun dan desinfektan apapun lebih ampuh untuk membunuh virus corona daripada kalung eukaliptus.

Yang jadi masalah justru bukan virus di lingkungan, tapi virus yang menginfeksi dan berada dalam tubuh kita. Jika klaimnya ke arah sana, kalung ini harus diuji dulu secara in vivo pada hewan model. Sebelum bisa di klaim ampuh pada manusia, kalung ini juga harus melewati tahap uji pra-klinis dan klinis pada manusia terlebih dahulu.

Kenyataannya, sudah dicobakan pada virus yang berbeda, baru sampai pada tahap in-vitro di lab pula. Jelas produk ini masih jauh panggang dari api.

Itu jawaban pintarnya. Jawaban bodohnya, kalau obat corona hanya minyak kayu putih, buat apa dunia gonjang-ganjing dan mencekam seperti sekarang ini?

Media juga saya rasa melakukan perannya dengan baik, yaitu membesar-besarkan berita ini sehingga jadi topik nasional.

Padahal, asal tahu saja, penelitian ini masih mending. Masih banyak penelitian covid-covid-an yang lebih tidak bermanfaat daripada ini, hanya tidak diangkat oleh media saja.

Belakangan, setelah menjadi viral, kepala Bblitvet justru menegaskan jika klaim antivirus pada kalung tersebut bukan berasal dari peneliti.

Artinya, dugaan saya benar. Memang pejabat struktural Kementan saja yang berulah membuat klaim bombastis. Saya duga juga, mereka yang ambisius menekan peneliti Bblitvet untuk menggarap riset ini. Lembaga negara juga kadang butuh pansos, haha.

Memang itulah yang sering terjadi, para pejabat ingin tampil, meskipun tidak paham konteksnya. Peneliti, saya yakin akan berhati-hati dalam membuat klaim terkait risetnya.

Padahal, kalau Kementan tidak membuat obat corona juga masyarakat tidak menuntut kan. Lebih penting menjaga stabilitas bahan pangan karena memang itu tugas utamanya.

Terakhir, bukan saya ingin membela riset ini, tapi Bblitvet juga banyak menghasilkan penelitian berkualitas kok. Seperti mengembangkan rapid test bruselosis dan vaksin kering beku berbagai penyakit hewan. Itu bisa mereka lakukan dengan dana yang kecil, sangat kecil jika dibandingkan dengan LIPI atau BPPT. Artinya, mereka tidak bisa dipandang sebelah mata.

Sebagai sejawat sesama dokter hewan dan peneliti, saya rasa mereka sedang blunder saja. Bblitvet itu juga satu-satunya lembaga penelitian veteriner di Indonesia dan sudah ada sejak zaman Belanda lho. Bukan kaleng-kaleng. Penelitinya juga guru-guru saya semua.


Tapi, ya, namanya serba sulit begini, saya sih tidak ingin menyalahkan siapa pun. Toh, kalung ini termasuk penelitian yang offside bagi kepakaran veteriner, jadi tidak tepat juga jika kita rundung ramai-ramai penelitinya.

Semoga pandemi ini cepat berlalu.

Post a Comment for "Berikut Pendapat Tentang Kalung Antivirus Produksi Kementrian Pertanian yang Diklaim Bisa Membunuh Virus Corona"